CILACAP-Berkat keuletan dan ketekunannya mengolah hasil bumi yang ada di sekitar tempat tinggal, Kelompok Wanita Tani (KWT) juwita di dusun cibriluk Rt 04 Rw 04 desa Cinangsi kecamatan Gandrungmangu kabupaten Cilacap ini mampu mengantongi omzet hingga puluhan juta, 12/10/2021.
Sejak sekitar 6 tahun terakhir, kelompok ini memang fokus melakukan aktivitas produksi mengolah bahan-bahan lokal.
Modified cassava flour atau disingkat mocaf adalah tepung ubi kayu yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti butiran beras.
Pada proses pengolah mocaf melibatkan proses fermentasi dengan menggunakan Bimo CF.
Beberapa tahapan pembuatan mocca adalah sebagai berikut :
1, Mengupas ubi kayu.
2, Mengiris tipis ubi kayu kemudian di cuci bersih
3, Merendam irisan ubi kayu dalam.larutan air dan Bimo CF. Ubi kayu direndam selama 24 jam dan di ganti air rendamannya setelah 12 jam tetapi jika ubi kayu makan dapat di rendam selama 8 jam dan stelah 9 jam air rendamannya diganti lagi.
4, Setelah perendaman selama waktu yang telah di tentukan maka ubi kayu dapat di tiriskan dan di jemur hingga kering.
5, Ubi kayu yang telah kering di giling dan hasilnya dapat dikemas dan dipasarkan.
Contoh berbagai olahan makanan yang dibuat dari tepung moccaf :
Kripik Tempe egror dll.
Di rumah produksi KWT Juwita, nampak puluhan wanita berbagai usia nampak sibuk dengan bagiannya masing-masing.
Mulai dari mengupas singkong, mengiris, menumbuk, menggiling menjemur hingga menggoreng, Dalam waktu sekejap, singkong sudah berubah bentuk menjadi tepung serta aneka camilan yang renyah dan lezat.
Wasitah kemudian bercerita, awal usaha yang dimulai pada 2016 ini berasal dari banyaknya potensi singkong di desa Cinangsi. Berbekal peralatan sederhana, ibu-ibu setempat berinisiatif membuat produk olahan dari potensi bahan lokal tersebut.
Tanpa disangka, produk yang dihasilkan bisa diterima pasar dengan baik. Mereka kemudian memutuskan untuk mendirikan kelompok dengan nama KWT Juwita, demi memperlancar pemberian bantuan dari Pemkab Cilacap.
Untuk singkong sendiri menggunakan singkong gajah, dibuat menjadi tepung mocaf dan keripik tempe dan egror.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, kelompok ini berupaya menanam sendiri seluruh bahan bakunya, dan melakukan kerjasama dengan petani petani singkong
"Setidaknya, kami bisa mengolah sekitar-600 kilogram per hari dengan omset sekitar Rp 15 juta per bulan pada saat sebelum pandemi.
Tapi Setelah adanya pamdemi covid saat ini omset kita turun dratis dan sekarang ini kita hanya bisa mengolah sekitar 250 kilogram, dengan omset kurang lebih 2 juta per bulan,
Untuk mensiasati usaha tepung singkong mocaf, agar tetap bertahan di tengah pandemi Covid-19, ia bersama timnya yang berjumlah 28 orang ini mensiasati dengan membuat makanan cemilan keripik tempe dan kue egrol dari tepung singkong (mocaf)
Kami bersama tim mensiasati usaha tepung singkong (mocaf) yang kita bentuk sejak tahun 2016, supaya tidak gulung tikar, kami membuat beberapa olahan makanan atau cemilan ringan seperti keripik tempe dan kue egrol, harga keripik tempe perkilo 40 ribu, dan perbungkusnya mulai dari 2500, 5000, 10.000 perbungkus sedangkan kue egrol harga perkilo 100 ribu, dan perbungkus 10.000 sampai dengan 25.000 perbungkus, " ungkapnya
Produk hasil olahan KWT Juwita ini dipasarkan ke toko toko, warung warung.
"Saat ini total anggota ada sekitar 30-an ibu-ibu rumah tangga. Tentunya kelompok ini juga membantu meningkatkan taraf perekonomian keluarga masing-masing anggota, " pungkas Wasitah.
Pihaknya juga berharap hasil produk dari KWT juwita ini bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat, dan dapat di lirik pengusaha pengusaha besar, , jelasnya.